Sabtu, 04 Februari 2012

Beberapa Faktor Penyebab Insomnia



Banyak orang sering mengeluh dirinya mengalami insomnia karena tidak bisa tidur dengan nyenyak pada malam hari, tapi apa sebenarnya insomnia itu?. Cukup banyak orang yang pernah sesekali mengalami kesulitan tidur atau malah tidak bisa tidur sama sekali pada malam hari. Ini adalah hal biasa dan bukan merupakan insomnia. Insomnia terjadi bila ketidakmampuan untuk terlelap itu berlangsung cukup sering dan bahkan bisa terjadi selama beberapa malam berturut-turut dalam seminggu.

Sebenarnya insomnia sendiri bukanlah merupakan suatu penyakit. Terkadang insomnia hanya merupakan manifestasi dari suatu kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk karena kurangnya tidur dalam jangka panjang, atau gejala dari ketidakseimbangan emosional yang sedang dialami seseorang. Penyebabnya juga bervariasi, mulai dari rasa tertekan yang dialami oleh pengalaman traumatis seperti kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, ataupun perpindahan tempat. Lalu penyakit-penyakit seperti diabetes, jantung, parkinson dan asma dapat juga menyebabkan insomnia. Masalah emosional dan fisik serta faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan tidur.

Kekhawatiran akan keadaan keluarga, ekonomi, dan kesehatan yang menyebabkan pikiran seseorang menjadi terlalu aktif juga dapat menyebabkannya sulit untuk rileks. Demikian juga dengan penyalahgunaan substansi tertentu seperti pada penggunaan obat-obatan, alkohol, kopi, kafein, cola, atau terlalu banyak meminum minuman penambah energi lainnya adalah salah satu penyebab insomnia.

Insomnia umumnya hanya berlangsung selama beberapa waktu, dan terbagi menjadi beberapa klasifikasi sesuai dengan berapa lama kondisi ini dialami oleh seseorang. Secara garis besar insomnia dibagi atas insomnia akut (acute insomnia) dan insomnia kronis (chronic insomnia). Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1 malam sampai beberapa minggu. Insomnia yang disebut kronis yaitu bila penderitanya mengalaminya selama sedikitnya 3 malam dalam seminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih. Transient insomnia dan short-term insomnia termasuk dalam kategori acute insomnia.

1. Transient Insomnia
Transient insomnia umumnya disebabkan oleh stress dan perubahan lingkungan yang mendadak dialami seseorang. Gangguan ini bisa terjadi saat seseorang baru mengalami even-even yang traumatis minor seperti melakukan perjalanan jauh atau perubahan cuaca. Pada sebagian besar kasusnya, insomnia ini tidak memerlukan perawatan khusus, karena biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah penderitanya sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

2. Short-term Insomnia
Seperti namanya, insomnia jangka pendek ini berlangsung singkat, hanya selama 3 minggu atau kurang. Pada umumnya, insomnia transient dan short-term disebabkan oleh faktor yang hampir sama. Perubahan hormon pada wanita juga dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur seseorang. Hormon progesteron pada wanita adalah hormon yang membuat seseorang dapat tidur. Pada saat menstruasi, dimana saat jumlah hormon ini menjadi berkurang, seorang wanita dapat mengalami insomnia. Demikian juga sebaliknya, pada proses ovulasi, peningkatan jumlah progesteron dapat meningkatkan rasa kantuk. Insomnia juga ada yang disebabkan oleh keadaan cahaya ruangan yang terlalu terang ataupun terlalu sedikit, serta perubahan kondisi kerja seperti perubahan jadwal atau shift kerja, juga orang-orang yang sering lembur. Insomnia sering ditemukan pada orang yang pekerjaannya banyak menggunakan komputer.

3. Chronic Insomnia
Adalah ketika seseorang tidak dapat tidur, sering terbangun waktu tidur, atau masih tetap merasa kelelahan setelah bangun tidur, dan keadaan ini berlangsung lebih dari 2 malam setiap minggunya, yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan. Lebih jauh lagi insomnia ini dibagi 2 jenis menurut karakteristiknya.

a. Primary Chronic Insomnia
Terjadi jika penyebabnya sama sekali bukan berasal dari masalah-masalah fisik maupun keadaan mental yang tidak seimbang. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang biasanya merupakan akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur yang baik dan mewakili bentuk paling umum dari kebanyakan insomnia yang terjadi. Masalah-masalah seperti stress, lingkungan yang berisik, suhu udara yang ekstrim, dan perubahan suasana lingkungan sekitar misalnya jet-lag, serta efek samping konsumsi obat-obatan tertentu dapat menyebabkan primary insomnia ini. Demikian juga kebiasaan atau faktor tingkah laku tertentu seperti penggunaan obat berlebih, alkohol maupun kafein, pergantian shift kerja, stress kronis, dan kebiasaan tidur siang juga dapat berpengaruh.

b. Secondary Chronic Insomnia
Secondary insomnia adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh suatu kondisi fisik atau mental tertentu. Jenis-jenis insomnia ini termasuk juga gangguan sleep apnea, RLS (Restless Leg Syndrome), maupun gangguan pada ritme circadian seseorang. Kondisi-kondisi fisik dan mental lain yang juga menyebabkan insomnia yaitu depresi, arthritis, penyakit ginjal, gagal jantung, asma, narcolepsy, penyakit parkinson, dan sekresi berlebih hormon thyroid atau hyperthyroidism.

Perawatan bagi penderita insomnia lebih merupakan terapi dibandingkan pengobatan. Di antaranya yaitu meningkatkan aktifitas fisik dengan berolahraga, latihan pernafasan dan relaksasi, mempraktekkan pola makan yang seimbang, serta tersedia juga perawatan alternatif menggunakan herbal. Insomnia bukan penyakit dan juga bukan suatu hal yang sangat serius. Namun bila mengalaminya, kita akan merasa kelelahan, depresi dan cenderung mudah marah serta sulit berkonsentrasi pada aktifitas kita. Dan jika insomnia tersebut disebabkan oleh faktor penyakit lain, maka kondisi ini dapat menjadi masalah serius jika tidak dirawat. Kurang tidur merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan yang terjadi di jalan raya.

Sumber : Health Magazine

Apa Penyebab Gigi Jadi Kuning?


Apa Penyebab Gigi Jadi Kuning?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki gigi putih bersinar adalah dambaan semua orang. Namun terkadang tanpa disadari asupan makanan yang kita konsumsi menyebabkan warna gigi yang putih jadi berubah kuning. Sebut saja teh, kopi, minuman bersoda, dan jenis-jenis buah beri termasuk beberapa makanan yang dikenal sebagai pembuat noda pada gigi.
"Jangan biarkan penampilan Anda rusak karena warna gigi yang kekuningan. Selain obat-obatan dan gaya hidup, ada beberapa makanan yang berpengaruh pada warna gigi seseorang," ungkap drg Novandhyta Hapsari dalam media gathering Ultimo Aesthetic & Dental Care di Plaza Asia, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.
Beberapa jenis makanan lain yang bisa menyebabkan perubahan warna pada gigi antara lain:
1. Tomat.
Sama seperti buah beri, tomat juga memiliki kandungan warna alami pada buah yang bisa meninggalkan noda pada gigi. Keadaan ini akan diperparah jika tomat ini sudah diolah menjadi saus tomat botolan. Kandungan zat pewarna tambahan di dalam saus tomat juga bisa memperparah bekas warna yang ditinggalkan pada gigi. Selain saus tomat, saus sambal, kecap, dan kuah kare yang kental juga menjadi penyebab noda pada gigi.
2. Minuman kesehatan dan minuman olahraga.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa minuman olahraga dan minuman kesehatan juga bisa menyebabkan kerusakan enamel gigi karena kandungan asamnya. Akibatnya noda akibat minuman ini akan tertinggal di gigi. Sebaiknya pilih air putih sebagai pengganti minuman kesehatan ataupun minuman olahraga.
3. Jus buah.
Meski sebenarnya buah berpengaruh positif pada tubuh, namun kandungan asam dari buah yang terlalu tinggi dan terlalu banyak bisa merusak gigi. Kandungan asam dalam buah bila dikonsumsi terus-menerus dalam jumlah yang terlalu banyak juga bisa merusak enamel gigi dan membuat gigi berlubang.
4. Wine.
Bekas tumpahan wine di taplak meja biasanya akan sulit dihilangkan. Tak heran bila wine, terutama red wine, juga bisa meninggalkan noda pada gigi. Kandungan asam, tannin, dan chromogen pada wine itulah yang menyebabkan noda pada gigi. Selain anggur merah, anggur putih juga bisa membuat gigi berubah warna.
5. Antibiotik.
Terlalu sering mengonsumsi obat-obatan, terutama antibiotik, juga bisa menyebabkan gigi menjadi kuning. Kandungan tetracycline pada antibiotik adalah faktor penyebab gigi menjadi kuning, terutama pada anak-anak. Konsumsi antibiotik yang mengandung tetracycline selama masa pertumbuhan gigi (mulai dari awal kehamilan sampai anak usia 8 tahun) bisa membuat gigi anak mengalami perubahan warna yang bersifat permanen. "Namun, sekarang ini antibiotik yang mengandung tetracycline ini sudah sedikit dan jarang digunakan lagi," kata Novandhyta.
Baca Juga :

Anak Bau Mulut, Normalkah?


 Anak Bau Mulut, Normalkah?

TRIBUNNEWS.COM - Bau mulut selama ini memang identik dengan masalah orang dewasa, sehingga banyak orangtua yang kaget saat mencium bau tidak sedap dari mulut malaikat kecilnya.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan napas berbau tak sedap. Namun pada anak-anak, napas berbau pada umumnya tidak berkaitan dengan penyakit serius. Penelitian tahun 1999 yang dimuat dalam Journal of Pediatrics menyebutkan, bau mulut pada anak mayoritas berasal dari masalah di dalam rongga mulut itu sendiri atau berkaitan dengan rongga hidung.
Penyebab utama bau mulut adalah karena kebersihan gigi yang buruk. Pembusukan sisa makanan oleh bakteri akan menghasilkan sulfur yang menguap. Mulut kering saat tidur, serta sisa makanan di sela gigi atau sekitar amandel yang mengendap juga bisa terurai menjadi produk yang menghasilkan bau.
Gigi berlubang juga dapat memicu bau mulut. Bila lubang gigi belum mengenai akar gigi biasanya anak belum merasakan nyeri, namun seringkali sudah menyebabkan bau mulut.
Faktor lain adalah penyakit sinusitis akut dan kronik. Pada kasus ini, bau mulut bukan satu-satunya gejala. Sinusitis pada umumnya diikuti dengan batuk, demam, atau pembengkakan di rongga hidung. Bau mulut juga bisa menandakan adanya infeksi tenggorokan.
Untuk mencegah bau mulut, biasakan anak menyikat giginya secara rutin pada pagi dan malam hari. Minum banyak air putih agar mulut lembab juga membantu. Periksakan gigi anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk mendeteksi adanya lubang atau gangguan lain pada gigi.

6 Makanan yang Memutihkan Gigi


6 Makanan yang Memutihkan Gigi

Semua pasti ingin memiliki gigi putih cemerlang, namun tak semua punya uang untuk memutihkan gigi di dokter atau dengan cairan pemutih gigi yang mengandung efek samping. Padahal gigi putih bersinar juga bisa didapatkan dengan mengonsumi lima makanan berikut ini.

1. Stroberi
Buah cantik ini memproduksi enzim malic acid yang membantu memutihkan gigi. Selain dengan langsung memakannya, stroberi bisa dimanfaatkan untuk memutihkan gigi dengan cara dihaluskan, digosokkan ke gigi, diamkan selama lima menit lalu bilas dan gosok gigi seperti biasa.

2. Buah-buahan dan sayuran yang renyah
Contoh terbaik adalah apel, seledri, dan wortel. Menggigit dan mengunyah buah dan sayuran seperti ini akan membantu membersihkan plak, "menggosok" gigi agar lebih putih bersinar, dan meningkatkan produksi air liur yang baik bagi kesehatan mulut.

3. Keju
Keju dan bahan olahan susu lainnya seperti yoghurt mengandung lactic acid yang berfungsi melindungi gigi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi yoghurt empat kali seminggu lebih terlindung dari pembusukan gigi dibanding anak-anak yang tak minum yoghurt. Sedangkan untuk memutihkan gigi, keju adalah pilihan yang baik karena selain melindungi gigi dari kebusukan, keju juga mengandung kalsium dan fosfor yang berguna dalam pembentukan enamel gigi.

4. Jeruk dan nanas
Saat mengonsumsi jeruk, nanas, dan buah-buahan asam lainnya, mulut memproduksi air liur lebih banyak, yang membantu membersihkan gigi secara alami.

5. Baking soda
Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung baking soda berfungsi lebih baik dalam membersihkan plak. Anda bisa saja menggunakan baking soda langsung untuk membersihkan gigi, namun para dokter menyarankan agar hal ini tak dilakukan terlalu sering karena bisa mengikis enamel gigi. Pilihan paling aman adalah menggunakan pasta gigi yang mengandung baking soda.

6. Permen karet yang mengandung xylitol
Xylitol adalah pemanis alami yang dapat mencegah plak. Xylitol juga menetralkan tingkat keasaman di dalam mulut dan meningkatkan produksi air liur untuk membersihkan gigi.